
Sapi di peternakan Arla, Denmark Foto: Imesh
Visiokreatif.com – Amerika. Virus H5N1 atau yang lebih dikenal dengan flu burung, diam-diam menyebar di Amerika Serikat. Puluhan orang dari 7 negara bagian dilaporkan terinfeksi virus tersebut.
Data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan adanya kasus infeksi yang tidak terdeteksi pada dokter hewan dan pekerja peternakan. Hal ini memicu kekhawatiran akan potensi krisis kesehatan masyarakat jika virus tersebut bermutasi.
Wabah virus flu burung H5N1 genotipe B3.13 menular ke mamalia tepatnya sapi perah. kasus ini pertama kali terdeteksi pada bulan Maret 2024. selang beberapa waktu, ditemukan 68 kasus penularan H5N1 pada manusia. Untungnya, sebagian besar orang hanya mengalami gejala ringan.
Sejauh ini satu kematian telah dilaporkan di Louisiana. Hal itu disebabkan oleh genotipe virus yang sedikit berbeda, D1.1, yang baru-baru ini terdeteksi pada sapi perah di Nevada setelah peristiwa penularan kedua dari burung ke mamalia menurut laporan IFL Science.
“Kami melihat pola paparan yang konsisten pada kelompok berisiko tinggi, namun banyak yang tak terlaporkan,” kata Dr. Mandy Cohen, Direktur CDC.
Hasil sejumlah survei darah terhadap pekerja di peternakan sapi yang terpapar virus menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka ternyata memiliki antibodi terhadap H5N1. Kuat dugaan bahwa para pekerja sebenarnya telah terpapar virus.
Dr. Rosemary Sifford, Kepala Petugas Kesehatan hewan USDA menyebut bahwa hampir 1 dari 5 sampel darah yang diuji menunjukkan tanda paparan virus. Ini menunjukkan bahwa jumlah (penyebaran) sebenarnya mungkin 5-10 kali lebih tinggi dari angka resmi.
Risiko penularan H5N1 antar-manusia terbilang masih rendah. Kendati demikian para ilmuwan memperingatkan, setiap paparan baru meningkatkan peluang virus bermutasi. Studi di New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa satu mutasi tambahan pada H5N1 dapat membuatnya lebih mudah menular ke manusia.
CDC kini mendesak seluruh negara bagian di negeri Paman Sam untuk meningkatkan pengawasan, termasuk tes rutin pada pekerja peternakan dan dokter hewan. CDC juga telah meminta warga untuk menghindari kontak dengan hewan sakit, menggunakan alat pelindung diri bagi pekerja peternakan, serta memasak daging dan telur hingga matang untuk meminimalisasi risiko infeksi. (*)