
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan keterangan saat konferensi pers di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
Visiokreatif.com – Jakarta. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pamer capaian produksi beras sepanjang Januari-Agustus 2025 yang diprediksi bisa mencapai rekor tertinggi sebanyak 24,97 juta ton, naik 14 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Amran menyebutkan prediksi luas panen pada Juli-Agustus 2025 meningkat masing-masing 33 persen dan 3 persen dibanding tahun lalu, dengan produksi beras hingga Agustus 2025 mencapai 24,97 juta ton.
“Produksi ini merupakan capaian tertinggi selama ini, bahkan Menteri Keuangan menyampaikan produksi beras Indonesia terproduktif di ASEAN,” kata Amran saat Rapat Kerja Komisi IV DPR, Rabu (2/7/2025).
Tak hanya itu, lanjut dia, Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture/FAO) memprediksi produksi beras Indonesia pada musim tanam tahun 2025 bakal tembus 35,6 juta ton.
“Proyeksi dari Departemen Pertanian AS (USDA) menyebutkan produksi beras Indonesia musim tanam 2024-2025 akan mencapai 34,6 juta ton dari target 32 juta ton, tertinggi di kawasan ASEAN melampaui Thailand dan Vietnam,” imbuh Amran.
Selain produksi beras, Amran juga menyampaikan realisasi penyerapan beras oleh Bulog juga mencetak rekor. Sepanjang Januari-Juni 2025, serapan beras oleh Bulog mencapai 2,6 juta ton atau melonjak lebih 428 persen dibandingkan 5 tahun terakhir.
Dia menyebutkan, posisi stok awal beras tahun ini berada di 1,7 juta ton. Dengan demikian, stok beras di gudang Bulog secara nasional saat ini mencapai lebih dari 4,2 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah.
“Kita lihat 57 tahun perbandingan. Stok kita di awal tahun itu 1,7 juta ton, Alhamdulillah kita sekarang mencapai 4,2 juta ton. Dulu bahkan pernah 2 juta ton stok awal tetapi tidak pernah mencapai 3 juta ton itu tahun 2013 tapi tidak pernah mencapai. Ini kesyukuran kita, stok kita aman,” kata Amran.
Menurut dia, hal ini berkat berbagai program pemerintah seperti peningkatan kuota pupuk subsidi hingga 2 kali lipat, reformasi distribusi pupuk tepat sasaran, hingga penetapan HPP gabah sebesar Rp 6.500 untuk memberikan kepastian bagi petani.
Capaian tersebut, kata dia, juga berdampak langsung signifikan terhadap nilai tukar petani, di mana pertama dalam sejarah sektor pertanian menjadi kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi yaitu 10,52 persen pada kuartal I 2025.
“Pertama dalam sejarah kita mendapatkan PDB tertinggi yaitu 10,52 persen, ini tertinggi dan pertama menjadi jawara untuk sektor pertanian,” ujar Amran. (*)