
Serangan Fajar 50.000. Foto: Istimewa.
Serangan Fajar Menjelang Pilkada
Visiokreatif.com – Simalungun. Ketegangan politik mulai tercium di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan munculnya fenomena serangan fajar pasca tiga hari menjelang pemilihan kepala daerah. Salah satu pasangan calon yang akan bertarung dalam pemilihan calon bupati dan wakil bupati mulai mengimplementasikan strategi yang kontroversial, yakni dengan memberikan uang kepada pemilih. Ini menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat.
Pemberian Uang Kepada Pemilih
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa pasangan calon nomor urut dua mulai memberikan uang seharga Rp 50.000 per orang. Seorang pemilih mengonfirmasi tindakan ini kepada tim redaksi, dan berharap dengan demikian akan mendapatkan suara pada tanggal 27 November. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang integritas proses pemilihan, di mana uang menjadi alat untuk mempengaruhi pilihan politik.
“Sudah di kasih TSnya, 50ribu perorang, dari Anton,” ujar Salah satu pemilih kepada tim redaksi media ini.
Reaksi Masyarakat dan Media Sosial
Di platform media sosial, khususnya Facebook, di Group Berita Simalungun masyarakat juga mencurahkan pendapat mereka mengenai tindakan pasangan calon tersebut. Beberapa netizen menyebutkan bahwa calon yang berkampanye menggunakan salah satu alat transpotasi Helikopter di Kabupaten Simalungun itu yang hanya memberikan Rp 30.000, disertai humor dan kritik terhadap dana yang dianggap tidak memadai untuk mendapatkan dukungan. Membaca komentar-komentar ini, jelas terlihat bahwa masyarakat Simalungun semakin peka terhadap praktik-praktik yang merusak integritas pemilihan.
“Hujai-hujon songon Siri-siri i datasni simanjujung. Hape Par 30.000 dassa Ai naha do. Bois dana ra tene mamboli avtur,” tulis nya dalam bahasa Simalungun sebari memposting foto Helikopter.
(Kesana kesini seperti dedaunan, di atas kepala. Ternyata hanya 30.000 an, ntah apa ini, habis dana mungkin membeli Avtur)
Dibalas salah satu komentar yang paling mencolok adalah soal perambahan Hutan di Kabupaten Simalungun.
“Manonggor hayu na i jado na boi si singaoan,” tulis Netizen dalam komentarnya dengan Bahasa Simalungun.
(melihat kayu yang mana yang bisa di Tebang)
Dalam konteks ini, harus diingat bahwa pilkada bukan hanya soal mendapatkan suara, tetapi juga soal menjunjung tinggi prinsip demokrasi. Belajar dari fenomena serangan fajar ini, sudah saatnya untuk menegaskan kembali pentingnya transparansi dan kejujuran dalam proses politik.
Artikel ini menjadi catatatan dan pandangan oleh Redaksi tentang Penomenal Serangan Fajar di Kabupaten Simalungun, tiga hari sebelum Pemlihan, Senin, (25/11/2024).