
Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai (offshore). Foto: SINCHAI_B/Shutterstock
Visiokreatif.com – Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan RI berpeluang mengimpor minyak (Crude Palm Oil/CPO) dari Rusia.
Ini diungkap oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, saat menghadiri Acara Joint Commission Indonesia-Rusia di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
“Ya kita semua potensi kerja sama ya kita eksplor, ini kan bukan perjanjian kerja sama kontrak segala macam ini kan antar-pemerintah dan pemerintah kita eksplor,” kata Dadan ketika ditemui awak media, dikutip Rabu (16/4/2025).
Saat bertemu delegasi Rusia, Dadan bilang rencana kerja sama RI-Rusia akan berfokus di sektor energi, utamanya energi baru dan terbarukan (EBT), listrik, dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
“Ini ada dua migas dan EBT listrik ya terutama nuklir kan kalau di sana nuklir sama Rusia,” lanjut dia.
Menurut Dadan, pengembangan proyek PLTN RI-Rusia cukup memakan waktu lama. Pemerintah ingin penerapannya bisa komprehensif serta mempertimbangkan aspek regulasinya.
Dadan juga menerangkan ada obrolan mengenai kelanjutan proyek Grass Root Refinery Tuban (GRR Tuban) masih bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft, dengan skema joint venture (JV).
“Ya itu di waktu pertemuan Februari kita tanyakan kan yang dari sana datangnya Deputi Minister Energy ya dari ktia juga dengan Pak Wamen (ESDM) kita sampaikan dan mereka tetap beri komitmen untuk cari cara khususnya pendanaan,” cakap Dadan.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, menyebut rencana impor minyak baru di tahap penjajakan, alias belum ada tindak lanjut yang lebih spesifiknya.
“Belum, belum. Kita baru menjajakin. Secara detail itu nanti masih dalam proses pembahasan lagi ya,” ucap Edi di kesempatan yang sama.
Sebelumnya, sinyal impor minyak dari Rusia digaungi oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan Indonesia bisa mengimpor minyak mentah dari Rusia, setelah bergabung menjadi anggota penuh forum ekonomi BRICS.
Luhut menilai, banyak sisi positif yang bisa diterima Indonesia dengan bergabung di BRICS. Saat ditanya terkait peluang impor komoditas energi dari Rusia, ia juga mengamini hal tersebut.
“Ke mana saja (impor minyak mentah) kalau kita menguntungkan Republik dan sepanjang itu tadi menguntungkan Republik dan itu bisa kita bicarakan kepada beberapa negara yang lain kenapa tidak,” kata Luhut saat konferensi pers di Kantor DEN, Kamis (9/1/2025).
Impor minyak mentah dari Rusia dipertimbangkan karena cenderung lebih murah dibanding negara lain. Menurut Luhut, hal itu bisa menguntungkan selama Indonesia berhati-hati dengan konflik geopolitik yang tengah bergejolak antara Rusia dan Ukraina. (*)